Sabtu, 19 Maret 2011

Hidup Bagai Misteri "Cerpen: Solinda (Kisah Nyata Seorang Siswa)"

Kehidupan memang terkadang tak sesuai dengan yang kita harapkan. Siklus kehidupan terus berlanjut seperti roda. Kadang di atas dan terkadang di bawah. Ada suka maupun duka.
Hmmm…. Hidup, kau terkadang bagai misteri bagiku. Tak kan bisa ditebak, bagai teka-teki. Seperti yang ku alami di dalam melewati perjalanan hidupku ini. Sampai aku menduduki bangku SMA, siapa yang menyangka dan menduga, bahwa aku dibesarkan dan disekolahkan oleh penghasilan nenek.
Nenek bagiku adalah seorang pahlawan, yang telah membantuku untuk dapat mengenal arti sebuah kehidupan dan pengorbanan. Kasih sayangnya yang begitu tulus, membuat aku tegar melewati getirnya kehidupan ini. Semenjak kecil, berawal dari perceraian orang tuaku, aku merasa dunia ini begitu kelam, hampa, tanpa kehadiran kasih saying dan pengorbanannya. Yang membuatku tegar, kuat dan penuh semangat dalam menjalani kehidupan. Aku tak pernah merasa kekurangan, nenek selalu melengkapi kebutuhanku sehari- hari.
Disuatu malam, di ruang keluarga, ku jumpai nenek duduk termenung tak seperti biasanya. Wajahnya begitu sendu, menggambarkan kesedihan yang begitu dalam. Aku tak tahu apa yang tengah dipikirkannya. Tapi, melihat sorot pandang wajahnya, ku yakin nenek tengah merasakan kesedihan dan masalah yang begitu berat. Aku menghampiri nenek, dan duduk disebelahnya. Kemudian aku bertanya apa yang tengah dipikirkan nya. Nenek Cuma senyum dan mengatakan tidak ada yang dipikirkannya. Nenek juga bilang, mungkin nenek kecapean aja, sehingga aku mengartikan bahwa nenek lagi bersedih. Tapi, hatiku merasa nenek tengah berbohong dan menyembunyikan sesuatu terhdapku. Dan aku tak tahu itu…!!!
Akupun bilang sama nenek  “ya udahlah nek, kalau nenek capek, mendingan nenek istirahat… nanti nenek sakit…” nenek mengangguk dan masuk ke kamar. Ketika nenek mau menutup pintu kamar, tanpa sengaja aku mendengar nenek berkata “Andai orang tuamu masih bersama, mungkin hidupmu takkan seperti ini…”. 
Aku ingin sekali menanyakan apa arti dan maksud dari perkataan nenek, tapi aku takut. Aku takut ini akan menambah beban pikiran dan membuat nenek justru merasa sedih. Aku pun masuk ke kamarku merebahkan badan di kasur, memandangi langit-langit kamar, menerawang jauh memikirkan hidup ini yang terasa bagai pizzle yang yang sulit di ungkapkan.
Ibu…… Ayah…… aku kangen…… aku rindu akan kasih sayangmu. Aku ingin kalian seperti dulu… tapi, itu tak mungkin.
Nenek…… aku juga tak ingin membuat nenek merasa terbebani denga terus-menerus memenuhi kebutuhanku sehari-hari.
Ya Allah…… Ya Tuhanku…… apa yang harus ku perbuat…?
Ku merasa serba salah.
Aku menangis mengenang semuanya…
Ah! Yang berlalu, biarlah berlalu. Yang jelas, aku sudah bahagia dengan kehidupanku sekarang.
          Malam terus berlanjut, bintang-bintang terus berkelap kelip di angkasa luas. Suara jangkrik, terus bermusik, berpesta pora. Hinnga ku pejamkan mata ini….
          Yang ku tak tahu, apa yang terjadi esok hari.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar